Rabu, 28 Desember 2011

PEMBENIHAN


A.      SELEKSI INDUKAN
Lele dumbo jantan dan betina yang akan dijadikan indukan harus benar-benar lele dumbo yang telah dewasa dan matang kelamin (gonad). Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dilakukan seleksi agar tidak terjadi stress akibat indukan belum siap pijah. Berikut ini beberapa cirri lele dumbo jantan dan betina yang telah matang (gonad).

Ciri-ciri indukan yang telah matang gonad
Ciri-ciri
Lele Dumbo Jantan
Lele Dumbo Betina
Umur
8 – 24 bulan
12 – 24 bulan
Bentuk tubuh
Ramping
Gemuk, relatife pendek
Gerakan
Cepat dan lincah
Agak lamban
Warna kulit kepala dan punggung
Gelap kehitaman atau kecoklatan
Kelabu atau kekuningan
Bentuk dan warna alat kelamin
Runcing, menonjol, dan agak membengkak dengan warna merah
Bulat besar, tidak menonjol dengan warna merah
Bentuk tubuh
Bobot dan panjang badan seimbang. Serta tidak cacat
Perut mengembung, lembek, dan tidak cacat.


Indukan hasil seleksi kemudian dimasukan ke dalam kolam perawatan yang dibuat berukuran 15 – 20 m dengan tinggi 1 meter. Kolam sebesar ini bisa diisi 30 – 35 ekor induk. Induk jantan dan betina harus dipisahkan dalam kolam yang berbeda. Tinggi air kolam induk 60 – 75 cm dan dialiri air sebanyak 20 25 liter/menit. selama perawatan, indukan diberi pakan 3 kali sehari yaitu :  pagi, sore, dan malam hari. Pakan yang bisa diberikan berupa pellet, cacahan daging bekicot, ayam, atau ikan dengan komposisi gizi protein 30%, lemak 10 – 25%, dan karbohidrat 10 - 25%.



B.      PEMIJAHAN
Pemijahan secara Alami
Kolam pemijahan dibuat dengan ukuran 2m dan tinggi 60 cm. tinggi air didalam kolam 30 – 40 cm. idealnya dalam satu kolam pemijahan dimasukan satu induk jantan dan satu induk betina. Indukan jantan dan indukan betina. Indukan ja ntan dan betina dimasukkan secara bersamaan. Setelah itu, diatas permukaan air kolam ditaruh kakaban, yakni tempat menempelnya telur hasil pemijahan. Kakaban bisa dibuat dari anyaman ijuk atau batangan daun kelapa. Panjangnya 7 – 100 cm, dan lebarnya 30 – 40 cm.
Pemijahan dilakukan pada waktu dinihari, antara pukul 02.00 – 04.00. Aktivitas pemijahan  terjadi 24 – 36 jam stelah pasangan indukan dimasukkan kedalam kolam. Satu ekor induk betina lel dumbo bisa mengeluarkan telur sebanyak 10.000 – 15.000 butir sekali memijah. Keberhasilan dapat diketahui dari adanya telur yang menempel di kakaban. Cirri telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih. Setelah memijah, biasanya induk jantan akan menjadi tenang dan tidak banyak bergerak. Sementara itu, induk betina akan menyendiri dipinggiran kolam.

C.      PENETASAN TELUR
Setelah pemijahan, telur yang menempel di kakaban harus segera dipindahkan untuk menghindari kemungkinan dimakan oleh indukan. Penetesan telur bisa dilakukan di dalam kolam, bak plastic, atau troy.
a.    Penetesan didalam kolam atau bak
Kolam atau bak penmetesan dibuat dengan ukuran 2 x 3m, 2 x 4m, atau disesuaikan dengan luas lahan. Selain itu, bisa juga dilakukan di bak plastic dengan ukuran yang sama.
Tinggi kolam penetasan 30 40 cm dengan tinggi air 20 – 25 cm. kedalam kolam dimasukkan 3 – 4 buah kakaban yang berisi telur hasil pemijahan. Dalam waktu 20 – 35 jam telur akan menetas. Kakaban yang masih ditempeli telur yang tidak menetas, sebaiknya diangkat dari kolam agar telur tidak membusuk dan menimbulkan bibit penyakit.
b.   Penetasan didalam Tray
Tray digunakan untuk menetaskan telur yang berasal dari pemiijahan dengan kawin suntik. Tray adalah kain halus yang dibentuk seperti corong dan diletakkan ndiatas bak penampungan yang ukurannya dibuat sama dengan kolam penetasan. Dasar tray direndam dalam air hingga setinggi 15 cm. Setelah itu,  telur ditebarkan merata kedalam tray. Usahakan agar tidak terjadi pemupukan telur karena bisa menyebabkan gagal tetas. Selain itu, semua telur yang disebar harus terendam dalam air. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas. Telur yang tidak menetas dibuang agar tidak membusuk dam menjadi bibit penyakit.

D.      PERAWATAN LARVA
                Larva yang baru menetas bentuknya seperti jarum-jarum kecil. Jumlahnya berkisar 10.000 – 15.000 dari tiap satu ekor induk betina. Perawatan larva bisa dilakukan dalam kolam penampungan. Selama 3 – 4 hari setelah menetas, larva tidak perlu diberi pakan karena masih mendapat pasokan pakan dari cadangan kuning telurnya.
                Saat berumur 5 hari, larva baru diberi pakan tambahan berupa kuning telur yang telah direbus dan dihaluskan terlebih dahulu. Jumlah pakan ini harus disesuaikan dengan nafsu makan larva dan tidak boleh melebihi 10% dari perkiraan bobot total larva.
                Pakan tambahan diberikan setiap 6 jam sekali, hingga larva berumur 7 hari. Umur 8 – 20 hari, pakan tambahan diganti dengan kutu air atau cacing halus. Umur sebelas hari, larva sudah bisa diberi pakan pellet halus. Umur 20 hari, saat ukurannya mencapai 1 – 3 cm, benih sudah dapat dipanen untuk dijual langsung, dipelihara didalam kolam pendederan, atau langsung dibesarkan menjadi ikan konsumsi.
                Perlu diperhatikan, selama perawatan, air didalam kolam harus diganti setiap dua hari sekali atau jika air sudah terlihat kotor. Tujuannya menjaga kualitas air tetap baik dan sekaligus mengganti air yang berkurang akibat penguapan. Saat mengganti air, lakukan juga penyedotan kotoran dan sisa pakan yang ada di dasar kolam agar tidak menjadi lokasi tumbuhnya bibit penyakit.

E.       PEMANENAN BURAYAK
                Untuk memenuhi permintaan pembeli, kadang-kadamh benih dipanen pada umur 10 hari, saat masih berbentuk burayak. Pemanenan burayak dilakukan dengan menggunakan saringan atau jarring mesh ukuran kecil. Jumlah benih yang dipanen hampir mencapai 100% dari jumlah larva yang menetas. Burayak yang dipanen kemudian diseleksi berdasarkan ukurannya masing-masing. Ada 4 kategori ukuran burayak, yakni kelas A (panjang 2 – 3 mm), kelas B (3 – 4 mm), kelas C (4 – 5 mm), dan kelas D (lebih dari 5 mm). burayak kategori D biasanya dibuang karenajumlahnya sedikit, ganas, dan suka memangsa burayak lain yang lebih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar